Seekor tikus jenis baru tanpa gigi ditemukan di Indonesia dan menjadi
satu-satunya tikus di dunia yang tidak memiliki gigi belakang.
Tikus
bermoncong panjang ini dinamai Paucidentomys vermidax. "Paucidentomys"
berarti "tikus gigi jarang", sementara "vermidax" berarti "penyantap
cacing" -- merujuk pada makanan spesies tikus terbaru ini."Saat kami menangkap hewan ini, kami sedang berada di hutan, langsung
kami tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda di sini," kata Jacob Esselstyn,
peneliti biologi pasca-doktoral di McMaster University di Ontario,
Kanada. "Tapi kami tidak bisa melihat bagian dalam mulutnya, jadi tidak
tahu bahwa hewan ini tak punya banyak gigi."
Esselstyn dan para
koleganya menangkap dua spesimen tikus ini menggunakan jebakan di
Sulawesi. Perangkap-perangkap ini berupa ember yang dikubur dengan
bagian atasnya rata dengan tanah sehingga setiap mamalia kecil yang
berjalan di atasnya akan jatuh ke ember.
Tikus ini hidup di hutan
lembap dan berlumut di ketinggian, kata Esselstyn ke LiveScience. Belum
jelas apakah hewan ini sangat umum, meski mereka sangat sulit
ditangkap. Di perut salah satu tikus yang tertangkap terdapat banyak
sisa cacing, sehingga para peneliti menyimpulkan bahwa tikus ini hanya
makan cacing saja.
Keunikan
Paucidentomys vermidax di antara tikus-tikus lain adalah giginya.
Spesies tikus yang pernah ditemukan semuanya memiliki gigi karena mereka
adalah hewan pengerat, kata Esselstyn. Vermidax tak memiliki gigi.
Tikus juga biasanya memiliki gigi taring di bagian depan mulut. Jika
biasanya gigi tersebut berbentuk miring pada kebanyakan tikus, di
vermidax, gigi ini memiliki dua ujung tajam.
Gigi aneh ini
"mungkin digunakan untuk memotong atau mengoyak cacing tanah menjadi
beberapa bagian, tapi kami belum yakin bagaimana cara kerjanya," kata
Esselstyn.
Kerabat terdekat tikus baru ini tetapi memiliki gigi,
kata Esselstyn, sehingga mungkin tikus ini kehilangan giginya pada satu
titik di sejarah evolusinya. Kemampuan mengerat membantu tikus menjadi
salah satu mamalia tersukses di planet ini, ujar Esselstyn. Bahwa
spesies baru ini berhasil membalikkan anggapan itu adalah fakta yang
dianggap sangat menarik oleh para ilmuwan penemunya.
"Ini adalah gambaran akan kekayaan keanekaragaman satwa yang ada di luar dan belum kita sadari," ujar Esselstyn.
Para peneliti mengumumkan temuan ini pada 21 Agustus lewat jurnal Biology Letters.
Oleh Stephanie Pappas, Penulis Senior LiveScience | LiveScience.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar